December 22, 2013

Untukmu, Ibu.

Ibu, terima kasih untuk selalu ada ketika yang lain meninggalkanku.
Ibu, terima kasih untuk usap jemarimu ketika aku merasakan sakit teramat sangat diperutku.
Ibu, terima kasih untuk segala petuahmu ketika tak lagi lurus jalanku.
Ibu, terima kasih untuk selalu terbangun ketika ada suara tangis dari dalam kamarku.
Ibu, terima kasih untuk selalu bertanya "Ada apa? Lagi ada masalah?" ketika aku asik dalam diamku.
Ibu, terima kasih untuk peluk hangatmu ketika aku menjadi sendu. Ketika dia memilih untuk memutuskan hubungannya denganku.
Ibu, terima kasih untuk selalu membawakanku bekal untuk makan siangku.
Ibu, terima kasih untuk membuka pintu kamarku dan memakaikan selimut hangat ketika dingin menyergap setiap pagiku.
Ibu, terima kasih untuk menyiapkan sarapan pagi yang enak untukku.
Ibu, terima kasih untuk mengupaskan buah kesukaanku dan memasukkannya ke kulkas untukku. Aku suka itu!
Ibu, terima kasih untuk sering membongkar kotak obat demi aku. Anakmu yang paling sering merepotkanmu dengan segala penyakitku.
Ibu, terima kasih untuk selalu mencoba memahami segala perubahan yang dialami anakmu.
Ibu, terima kasih untuk selalu mencariku ketika aku tidak pulang tepat waktu. Kadang itu benar-benar mengganggu, tapi aku tahu, itu karena kau peduli padaku.
Ibu, terima kasih untuk tak pernah lelah berjuang demi menghidupi anakmu.
Ibu, terima kasih untuk selalu memberikan yang terbaik untuk aku, dan adikku.

Ibu, terima kasih untuk semua waktumu. Yang kau habiskan tak hanya untuk membahagiakan dirimu, tapi juga untuk membahagiakan orang-orang disekitarmu.
Ibu, terima kasih untuk maaf yang selalu kau berikan padaku. Tak peduli sungguh kelakuanku benar-benar menyakitimu.
Ibu, terima kasih untuk doa yang tak pernah ada hentinya dalam setiap sujudmu.

Sekali lagi, terima kasih, Ibu.
Maaf, aku belum diwisuda seperti yang kau mau. Tapi tunggulah sebentar, keras usahaku untuk mewujudkan mimpimu.
Maaf aku belum bisa benar-benar membahagiakan dan membanggakanmu.
Maaf bila aku pernah menyakitimu, membuatmu meneteskan airmatamu.
Maaf aku tak bisa berjanji apapun padamu.
Namun aku akan berusaha, Bu. Ada bahagiamu diatas bahagiaku.
Selamat hari Ibu, aku sungguh sayang padamu, malaikatku.

Kami menyayangimu, lebih dari yang kau tahu, Bu.







*notes: #nowlistening Potret - Bunda. Jadi, puisi ini gue bikin jauh sebelum hari Ibu. Gue simpan di draft dan sengaja gue posting pas 22 Desember 2013 biar pas momennya dengan hari Ibu yang dirayain di Indonesia. Hehehe Gue sadar, gue bukan anak yang baik buat Mamah gue. Tukang ngeluh, tukang bantah kalo disuruh, suka banget cekcok mulut, yah banyak bangetlah pasang surut yang sudah kita lewatin selama gue hidup. Cuma gimanapun, gue sayang banget sama Mamah gue. Gue selalu berusaha buat Beliau bahagia, sebisa dan semampu gue. Panjang umur dan sehat selalu ya Mah. Secepat mungkin kok aku usahain aku dapat gelar S. Pd. dan bikin Mamah bangga sama aku. Doain yang terbaik aja buat aku, aku sayang banget sama Mamah. :')

No comments:

Post a Comment