September 21, 2014

Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh (Ferre Poems)

Engkaulah getar pertama yang meruntuhkan gerbang tak berujungku mengenal hidup.
Engkaulah tetes embun pertama yang menyesatkan dahagaku dalam cinta tak bermuara.
Engkaulah matahari Firdausku yang menyinari kata pertama di cakrawala aksara.

Kau hadir dengan ketiadaan. Sederhana dalam ketidakmengertian.
Gerakmu tiada pasti. Namun, aku terus disini. Mencintaimu.
Entah kenapa.

(Catatan pada suatu pagi buta di atas atap rumah tetangga)

-------------------------------------------------------------------------

Putri, kembalilah ke Puri ini.
Satu semesta mungil yang mampu melumat bumi kalau aku mau membentangkannya.
Inilah nirwana yang mampu menampung perasaan kita.
Bumi punya langit sebagai jendela terhadap galaksi mahaluas yang berjaya dalam misteri.
Jendelaku adalah carik-carik kertas --- berisi daftar pertanyaan tentang dunia yang tak akan habis dimengerti.
Bumi menggetarkan nyali dengan palung-palung dalam.
Aku cuma punya beberapa piringan hitam --- laut pribadiku yang di dalamnya selalu ada kamu, dan kamu lagi.
Samudra kata terbelit musik dan diurai kenangan. Didalamnya aku bisa berenang selama ikan.
Bumi adalah sebuah kumparan besar yang melingkarkan semua makhluk dalam kefanaannya.
Melingkarkan engkau dan aku.

------------------------------------------------------------------------

Aku kangen kamu. Kangen ketidakpercayaanmu. Pesimismemu. Namun, kau pilihanku.

------------------------------------------------------------------------

Aku mencintaimu sepenuh hati, Putri.
Tak peduli lagi tepat atau tidak. Tak peduli kau menyadari aku hilang atau tampak.
Tak peduli kau bahagia dengan diriku atau cuma dengan sel otak.

------------------------------------------------------------------------

Dulu aku adalah pujangga. Seorang arwah pujangga tersasar masuk ke dalam tubuh mungilku.
Dulu aku berkata-kata bak mutiara nan wangi. Dan, mutiara sangatlah aneh di tengah batu kali.
Pikiranku bagai seribu persimpangan dalam sekotak korek api.
Karena itulah aku anomali.

------------------------------------------------------------------------

Karena ini ia dinamakan si jantung hati.
Memompa lembut seperti angin memijat langit.
Berdenyut lincah seperti buih yang terus berkelit.
Dan, darah cinta adalah udara, dengan roh rindu yang menumpang lewat di dada.

------------------------------------------------------------------------
Semua orang menyimpan sebongkah matahari dalam dirinya.
Ada yang terbit dan ada yang terbenam. Matahariku bersinar nonstop dua puluh empat jam.
Masih adakah cucian yang belum kering? Adakah sampah yang ingin kalian bakar?
Mari dekatkan pada wajahku.

------------------------------------------------------------------------

Ayo, Putri, cambuklah kuda waktuku, agar ia sedikit berlari, dan berarti.

------------------------------------------------------------------------

Aku merasa begitu kecil ditengah keluasaanku.
Rintikmu raksasa dalam mungil tetesmu.
Engkau menyelimuti dengan dingin. Dan, semakin kau merapat, semakin membara alam ini.
Jutaan engkau kini turun membanjiriku.
Tak akan pernah aku meluap, Putri.
Ku gali tanahku lebih dalam dan kubuka semua celah untuk menyerapmu.

------------------------------------------------------------------------

Putri, aku ingin sekali tuli. Sekawanan samurai terbuat dari huruf datang menyerang.
Mencacah harga diriku seperti daging cincang.
Mereka menghinaku karena aku cuma bisa diam.
Mereka menyumpahiku karena aku rela diabaikan.

------------------------------------------------------------------------

Takkan kuhadirkan kakiku ke sana, takkan pula kuhadapkan mataku untuk melihatnya.
Aku akan dirasuki jutaan imaji mengenai dirimu dengannya.
Bagaimana kalian makan bersama atau bercinta di atas meja.
Dan, betapa seharusnya engkau tidak di sana..
Maaf, saya sedang tidak berselera untuk disiksa.

Rasa memiliki itu hidup seperti sel.
Semula satu dan kemudian terpecah jadi seribu satu.
Dan, aku menyimpan sel-sel yang sangat sehat, Putri.
Ia akan terpecah di luar kendali cinta itu sendiri.
Sel ini terus bertambah dan merambah.
Mereka hidup melingkari kita, semenjak kita saling mencinta. Suka tak suka.

-------------------------------------------------------------------------

Ajarkan aku menjadi naif. Senaif dirimu yang masih bisa tertawa.
Senaif kebahagiaan di alam kita berdua.
Karena setiap detik di kala kenyataan mulai bersinggungan, aku rasakan sakit yang nyaris tak tertahankan.
Atau ajarkan aku menjadi penipu, apabila ternyata kau merasakan sakit itu dalam tawamu.

-------------------------------------------------------------------------

Aku adalah manusia statistis.
Statistik kita tidak bagus, Putri.
Aku adalah manusia yang butuh pengakuan. Tak kutemukan satu orang pun yang mengakui kita.

Semua perjalanan hidup adalah sinema. Bahkan lebih mengerikan, Putri.
Darah adalah darah, tangis adalah tangis.
Tak ada pemeran pengganti yang akan menanggung sakitmu.

-------------------------------------------------------------------------

Apa ini semua? Pasar malam kasih sayang?  Cinta diobral dan dicuci gudang?
Yang kudamba juga sederhana.
Bukan cinta antik dan berukiran rumit.

-------------------------------------------------------------------------

Aku bosan diam. Aku ingin berteriak lantang.
Menembus segenap celah dan semua lubang.
Merasuk ke ujung gendang telinga semua orang.
Aku mencintainya.

-------------------------------------------------------------------------

Pada saat seperti ini izinkanlah aku mempertanyakan, di mana engkau letakkan aku?
Adakah aku seberharga cincin yang melingkar manis di jarimu?
Ataukah aku senyaman sepatu tuamu yang tak terasa lagi bila dipakai?
Akankah kau pertahankan aku selayaknya nyawamu sendiri?
Ataukah namaku hanya akan melintas sekilas di detik-detik terakhirmu?
Untuk kemudian menyublim seperti arwah tersedot surga.
Mengertikah kini, Putri?
Karena itulah aku ingin hidup nyata.

------------------------------------------------------------------------

Aku bukan orang yang lemah. Kalau aku lemah, sudah kubersembunyi di dasar lembah.
Namun, aku orang yang kuat. Dengan dagu tercuat, menggenggam kejujuran erat-erat.
Tapi, kalau cuma jadi hantu, aku pun tak tahu.

------------------------------------------------------------------------

Layakkah cinta hidup semu laksana hantu? Yang melayang bagai bulu panah.
Aku ingin menjejak tanah. Mengambang membuatku lelah.
Aku ingin memiliki. Aku ingin diakui.

------------------------------------------------------------------------

Ada saat aku berusaha membunuh jiwaku.
Biar ku ambil peluru itu.
Dan, di saat aku akhirnya melesat.
Aku melepaskanmu dengan kebebasan mutlak.

Segalanya ada padamu. Didalam dirimu. Termasuk aku.


*
Gue ngetik ini dengan cukup susah payah, cuma gue suka banget pas sudah beres. Apalagi pas baca, ditemenin lagunya Daniel Bedingfield yang If You're Not The One. 'Cause I miss you, body and soul so strong that it takes my breath away. And I breathe you into my heart and pray for the strength to stand today. 'Cause I love you, whether it's wrong or right. And though I can't be with you tonight, you know my heart is by your side ~

No comments:

Post a Comment